Jumat, 26 Juni 2015

Bukan Ibu yang Sekarang

Inilah percakapan antara seorang cucu dengan neneknya
cucu   : "nek, apa benar surga itu ada di telapak kaki ibu?"
nenek : "ya"
cucu   : "tapi nek, apa mungkin surga ada di kaki orang yang sering marah-marah?"
nenek : "lho kok ngomongnya gitu?"
cucu   : "habisnya, ibu suka marah-marah nek. Aku jadi ragu?"
nenek : "ragu kenapa?"
cucu   : "emm.. surga tidak seharusnya berada di telapak kaki ibu. Mungkin, surga seharusnya ada di                telapak kaki nenek aja. Nenek kan baik sama aku."
nenek : "lho?. . ."

        Ibu. Dialah pejuang bangsa yang tanpanya tak akan ada penerus-penerus muda yang berjiwa besar. Rasulullah Muhammad SAW pun mengatakan, bahwa ibulah yang harus dihormati terlebih dahulu sesudah itu baru bapak. Ibumu, ibumu, ibumu, bapakmu. Namun, kemuliaan posisi ibu mulai tergerus oleh zaman. Peradaban yang berubah banyak memuat sosok-sosok ibu baru yang merusak definisi seorang ibu. Bagaimana bisa, sekarang marak terdengar di mana-mana bahwa seorang ibu tega membunuh dan menyiksa anaknya sendiri. Bahkan, banyak calon ibu tega menghabisi nyawa anaknya ketika masih di dalam kandungan. Mereka melakukannya di karenakan malu, kehadiran bayi tersebut akan mencoreng nama baik keluarganya dan yang pastinya akan merusak masa depannya, sebab calon bayi tersebut tak memiliki bapak (lho? emang tuh bayinya bakteri!!).
        Memang manusia yang sekarang itu pada Aneh. Uda tau akibatnya bakalan buruk, tetep aja di lakuin. Maraknya seks bebas, kelahiran bayi tanpa ayah yang sah, sampai kedurhakaan terjadi di mana-mana ( Sepertinya sekarang "Malin Kundang menjadi tokoh yang paling di idolakan" di seantero jagad raya ). Banyak yang memilih menghargai pasangan hidupnya ketimbang ibunya sendiri, bahkan saat pasangan hidupnya berbeda keyakinan ( kayak di sinetron ajee ). Padahal telah tercatat dalam sejarah, bagaimana nasib Alqomah yang kematiannya seolah maju-mundur di sebabkan sakit hatinya sang ibu kepadanya. Alqomah lebih menyukai sang istri hingga durhaka pada ibunya sendiri. Sampai-sampai Rasulullah Muhammad SAW memberikan pilihan untuk membakar jasad Alqomah jika sang ibu masih tidak mau memaafkan anaknya.
      Dan, anak-anak sekarang yang kebanyakan pongah sebab merasa lebih modern, lebih kaya, lebih berkuasa, dengan mudah menghardik dan memaki orangtuanya. Kedurhakaan menjadi pameran yang di pertontonkan setiap hari ( Sepertinya orang-orang ntuh udah pada keracunan sinetron kali yee??? ). Merekapun lebih memilih menempatkan ibu yang sudah tua ke panti jompo dibandingkan mengurus dan menghormati mereka sampai akhir hayatnya. Kebanyakan karena alasan kesibukan, sehingga tidak mungkin memiliki waktu untuk mengurus sang ibu yang renta.
      Haduwhh,,, saya jadi heran kenapa sampai sekarang nggak ada panti bayi. Anak-anak yang selalu nangis dan berisik, suka ngompol, malem-malem bikin ibu susah tidur, kok gak dititipin aja??. Dikiranya ibu nggak sibuk kali ya. Tapi, ibu selalu punya waktu untuk mengurusi anaknya, dari bayi sampai dia tumbuh besar (emang gak sebesar rumah sihh??). Kalau ditanya, jawabannya "yah karena itu tugas ibu". Lalu tugas anak ngapain dong?
      Anak itu tumbuh dari rahim ibu. Dirawat, dan di besarkan dengan kasih sayang. Namun, saat ibu menggertak sekali saja, mengapa sang anak lantas menganggapnya seperti makhluk bertaring tiga, berkaki banyak, bermata besar, serta bertanduk lima (Itu apa ya?). Padahal, kata-katanya itu adalah bahasa perlindungan sebab dia itu sangat mengasihimu.
      Kebanyakan anak sekarang itu marahnya segunung. Ibu baru berucap lima kata, dirinya sudah seratus enam puluh kata. "Ibu nggak gaul. Apa-apa nggak boleh. Ngelarang-ngelarang mulu! Aku kan udah gede!!" dengan bibir maju sepuluh centimeter. Padahal, siapa orang yang paling susah ketika kamu ngerasain susah? Siapa yang selalu ngurusin kamu saat kamu sakit? Siapa yang akan tetep sayang sama kamu, meski kamu bandel gak ketulungan? Dan siapa yang akan paling terluka hatinya saat kamu pulang dengan perut segede kuda nil? (mungkin habis makan lontong kebanyakan di warung?) Apa-apa ibu. Jajan minta ke ibu, mau mainan baru minta beliin sama ibu. ( Anak sekarang, banyak ketelen batako kali yak? Sampai-sampai hatinya sekeras itu. Hati-hati loh, lama-lama jadi bangunan!!. )
     Ibu itu meski tegas, hatinya akan selalu luluh dalam kesedihan anaknya. Namun di sisi lain, penghargaan di luar batas memaksa anak hidup dalam kesakitan. Anak dibentuk dengan dibenturkan, di panaskan dalam tungku dengan api menyala hingga tercipta ukiran yang diinginkan. Padahal. anak lebih lunak dari molusca. Namun, tetap banyak yang memilih hardikan dan makian sebagai hukuman bagi sang anak.
     Mungkin, surga memang bukan di telapak kaki ibu, tapi di sekujur tubuhnya. Terutama dihatinya, untuk kau jaga dari rasa kecewa.